efek hujan salju

pre{background:#efefef; border:1px solid #A6B0BF; font-size:120%; line-height:100%; overflow:auto; padding:10px; color:#000} pre:hover{border:1px solid #efefef} code{font-size:120%; text-align:left; margin:0; padding:0; color:#000} .clear{clear:both; overflow:hidden}

Minggu, 26 Februari 2012

kenakalan remaja

REMAJA adalah masa rawan. Jika salah memberikan pendidikan, maka penyalahgunaan kebebasan pun akan banyak dilakukan.

Memiliki putra-putri yang memasuki masa remaja memang harus lebih waspada. Pasalnya, hasrat keingingintahuannya sedang meletup-letup. Parahnya, di satu sisi mereka tak mengetahui bekal yang cukup. Karena  itu, orangtua dapat menjadi jembatan dalam memberikan wawasan yang mereka inginkan.

Jika dibiarkan melanglang sendiri, tak jarang jalan yang mereka tempuh pun tidak sesuai dengan norma-norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Mungkin di masyarakat sendiri ada banyak kasus yang terjadi. Misalnya saja yang sempat menjadi perbincangan hangat adalah kasus Nikita Willy yang foto mesra bersama kekasihnya Bara Tampubolon beredar di dunia maya.

Secara umum, mungkin itu adalah salah satu contoh kasus. Namun, di luar kasus yang terekspos tersebut, tentu masih banyak kasus serupa lainnya yang tak terendus media.

Roslina Verauli Mpsi, seorang psikolog yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah ini mencoba meneropong permasalahan remaja yang menjadi permasalahan klasik banyak kaum ABG tersebut.

“Banyaknya perbuatan remaja yang tidak sesuai dengan moral/etika, nilai masyarakat tempat dia tinggal memang bisa diakibatkan karena beberapa faktor,”  ujarnya ketika dihubungi okezone melalui sambungan telepon, Jumat (4/11/2011).

Dituturkannya, usia remaja memang menjadi masa rawan. “Ibarat lagu, hal itu sesuai sekali dengan lagu Britney Spears, 'I’m not a girl, not yet a woman', ujarnya.

Remaja, sambung Roslina merupakan masa di mana tubuh, fisik, dan hormon berkembang seperti orang dewasa. Secara sisi biologis memang tampilannya seperti orang dewasa begitupun dengan dorongan-dorongan secara biologis (seksual). Dorongan inilah yang kemudian membuat mereka ingin menonjolkan diri.

“Remaja biasanya ingin menampilkan dirinya. Untuk itulah mereka memiliki akun di jejaring sosial atau gonta- ganti foto profil di FB dan BBM. Meski demikian mereka sebenarnya belum mengetahui konsekuensi jangka panjang dair perbuatannya tersebut,” tutur Roslina.

Pemahaman konsekuensi itulah yang kemudian membuahkan petaka di kemudian hari. Tak jarang, karena  hasrat kenarsisan para remaja, penyebarluasan foto yang tak seharusnya tampil di dunia maya menghadang masa depan mereka.

Untuk mengatasi hal tersebut, Roslina pun memberikan saran agar para orangtua sebaiknya tidak terlalu mengekang remaja. “Sebaiknya remaja tidak dilarang-larang ini dan itu. Justru, sebenarnya mereka hanya membutuhkan wawasan atau paparan akan konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Karenanya, lakukan diskusi dengan anak mengenai hal tersebut dimana orangtua berperan dalam hal ini,”tutupnya.
(tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar